Sebagai contoh, buku novel A Journal of the Plague Year karya Daniel Defoe yang dirilis 1722 lampau, menuturkan wabah penyakit pes di London pada 1665. Novel tersebut menampilkan rentetan peristiwa mengerikan yang membuat pembacanya dapat menyimak kekagetan pada masa awal wabah dan penyebaran virus baru.
Defoe memulai ceritanya pada September 1664, ketika beredar rumor mengenai kembalinya 'wabah pes mematikan' di Belanda sampai kemudian muncul kematian pertama yang mencurigakan di London pada Desember.
Defoe menuturkan bahwa sejak kematian pertama itu, jumlah orang meninggal dunia terus meningkat sampai musim semi.
Pada Juli, sebagaimana dipaparkan dalam buku itu, Kota London memberlakukan serangkaian aturan baru, seperti pelarangan perayaan publik serta penutupan restoran dan tempat minum—serupa dengan di dunia nyata saat ini ketika wabah virus corona melanda.
Defoe menulis bahwa tidak ada "yang lebih fatal terhadap penduduk kota ini dari kelalaian warganya sendiri yang tidak memedulikan aturan" padahal mereka bisa berdiam di rumah. Defoe menambahkan, "saya melihat penduduk lainnya menaati aturan dan banyak yang hidup oleh karenanya".
Pada Agustus, Defoe menulis, wabah tersebut "sangat keji dan buruk". Dan pada awal September, kondisinya memburuk sehingga "seluruh keluarga, dan [rumah-rumah] di jalan-jalan yang penuh keluarga…tersapu semua".
Ketika Desember tiba, lanjut Defoe, "penyebaran melambat, dan cuaca musim dingin muncul dengan udara bersih serta dingin yang menusuk…sebagian besar mereka yang jatuh sakit telah pulih dan kesehatan kota mulai sembuh."
Saat jalan-jalan dipenuhi orang lagi, "khalayak muncul di jalan-jalan sembari berterima kasih kepada Tuhan atas pembebasanNya."