Jawaban:
1. Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik menyebarkan Islam di wilayah Gresik, Jawa Timur. Maulana Malik Ibrahim bekerja sebagai pedagang dan tabib yang membantu mengobati masyarakat secara gratis.
Beliau juga mengajarkan cara bercocok tanam kepada masyarakat kelas bawah yang selama ini disisihkan oleh ajaran Hindu. Beliau berdawkah lewat pergaulan yang baik dengan masyarakat sekitar.
Beliau meninggal pada tahun 1419 M setelah selesai membangun dan menata pondok pesantren yang akan digunakan sebagai tempat belajar agama di Leran.
2. Sunan Ampel
Sunan Ampel merupakan putra pertama Sunan Gresik. Beliau membangun pondok pesantren di Ampel Denta di Surabaya untuk menyebarkan ajaran Islam.
Ketika Kesultanan Demak hendak dibangun, Sunan Ampel turut memprakarsai lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa tersebut. Beliau pula yang menunjuk muridnya, Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V yang merupakan Raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak.
3. Sunan Giri
Sunan Giri menyebarkan Islam melalui seni. Karya seni yang sering dianggap berhubungan dengan Sunan Giri adalah permainan anak seperti Jelungan, Lir-ilir dan Cublak Suweng, serta beberapa gending seperti Asmaradana dan Pucung. Tembang Lir-ilir mengandung pesan keimanan dan ajakan berubah ke arah yang lebih baik.
4. Sunan Bonang
Sunan Bonang menyebarkan Islam mulai dari Kediri, Jawa Tengah, hingga ke berbagai pelosok Pulau Jawa. Beliau memiliki kebiasaan berkelana ke daerah terpencil seperti Tuban, Pati, Madura dan Pulau Bawean
Ajaran Sunan Bonang berfokus pada filsafat cinta ('isyq), yang terlihat mirip dengan gaya Jalalludin Rumi. Kesenian menjadi media dakwahnya. Sunan Bonang menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu menjadi gamelan khas Jawa yang menggunakan instrumen bonang.
Beliau merupakan sosok di balik tembang "Tombo Ati”. Selain itu, Sunan Bonang juga seorang dalang yang menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam.
5. Sunan Drajat
Sunan Drajat menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat sebagai pengamalan dari agama Islam. Oleh sebab itu, beliau terlebih dahulu mengupayakan kesejahteraan sosial sebelum memberikan pemahaman tentang ajaran Islam.
Beliau mendapat gelar Sunan Mayang Madu dari Raden Patah yang merupakan Sultan Demak kala itu. Penghargaan ini diberikan berkat keberhasilan Sunan Drajat menyebarkan agama Islam dan mengurangi kemiskinan warganya.
6. Sunan Kalijaga
Paham keagamaan Sunan Kalijaga cenderung sufistik berbasis salaf, serupa dengan mentor beliau, yakni Sunan Bonang. Pemikiran kesufian yang ditampilkan Sunan Kalijaga adalah tentang konsep zuhud.
Pemikiran zuhud adalah upaya membangun kesadaran masyarakat pada arti bekerja dan beramal. Orang boleh bekerja apa saja asalkan layak bagi martabat manusia. Orang bekerja untuk memperoleh makanan yang halal dan pantas untuk diri dan keluarganya.
Sunan Kalijaga juga memilih seni sebagai media dakwahnya. Beliau menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk. Beliau juga merupakan tokoh pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, layang kalimasada, dan lakon wayang Petruk Jadi Raja. Seni tersebut membuat banyak orang tertarik, bahkan berhasil membuat sebagian besar adipati di Jawa untuk memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga.
7. Sunan Kudus
Cara berdakwah Sunan Kudus meniru pendekatan Sunan Kalijaga yang sangat toleran pada budaya setempat. Dakwah beliau juga disampaikan secara halus.
Beliau juga mendekati masyarakat dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Ini bisa terlihat pada arsitektur Masjid Kudus. Beliau juga pernah menjadi Senapati atau panglima perang Kerajaan Islam Demak.
8. Sunan Muria
Sunan Muria banyak menyebarkan Islam di sekitar Jawa Tengah. Sarana yang dipakai untuk berdakwah serupa dengan Sunan Kalijaga, yakni lewat kesenian dan kebudayaan. Beliau juga bergaul dengan rakyat jelata sambil mengajarkan keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut.
9. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati merupakan satu-satunya wali yang menjadi kepala pemerintahan. Beliau mendirikan Kasultanan Cirebon dan Banten. Posisinya tersebut dimanfaatkan untuk mengembangkan Islam. Beliau juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan penghubung antar wilayah.