Jawaban:
Ada beberapa alasan menurut Arief Balla mengapa bahasa Bugis kemungkinan punah. Pertama, penutur bahasa Bugis saat ini adalah orang-orang dewasa. Dalam kurung beberapa dekade ke depan, tentu secara hukum alam akan meninggal. Bahasapun ikut ‘mati‘ bersama mereka. Kedua, banyak generasi muda tidak lagi bisa menuturkan bahasa Bugis. Salah satu sebabnya karena orang tua tidak lagi dan tidak mau mengajarkannya pada anak-anaknya. Padahal anak adalah yang paling mudah memelihara sekaligus paling mudah melupakan bahasa (Kim Potowksi, profesor sosiolinguistik). Ketiga, terkait dengan ideologi bahasa ‘language ideology’. Banyak remaja dan orang tua enggan berbahasa dan mengajarkan bahasa Bugis pada anaknya karena menganggap bahasa Bugis tidak seelit dan seprestisius bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Tidak menguntungkan secara ekonomi dan status sosial. Menganggap bahasa Bugis punya pengaruh intervensi negatif terhadap pemerolehan Bahasa Indonesia atau bahkan Bahasa Inggris. Ini adalah mitos yang tidak lagi didukung bukti ilmiah melainkan asumsi saja. Terakhir, peran pemerintah yang tidak maksimal, mendorong mengutamakan bahasa Indonesia tapi mengesampingkan bahasa daerah.
Dalam kasus bahasa-bahasa daerah di Indonesia, Bahasa Bugis saat ini memang belum berada di catatan merah alias telah punah. Menurut Katubi (2005), beberapa contoh bahasa daerah yang berada di ambang kepunahan, Bahasa Hamap di Kabupaten Alor (Provinsi Nusa Tenggara Timur). Penuturnya diperkirakan tinggal sekitar 1000 orang, dapat dimasukkan ke dalam kategori pertama berdasarkan klasifikasi yang dikemukakan oleh Wurm di atas, yakni sebagai bahasa yang berpotensi terancam punah (potentially endangered language) karena dalam percakapan sehari-hari generasi mudanya lebih cenderung menggunakan bahasa Melayu Alor daripada menggunakan bahasa etnik mereka yakni bahasa Hamap.
Bahasa Bugis meskipun tergolong memiliki penutur yang cukup banyak, tapi masih besar kemungkinan prediksi Badan Bahasa benar-benar terjadi. Para orang tua sebaiknya mengajarkan dan mengajak anak-anaknya untuk berbahasa Bugis agar kita tak kehilangan sejarah hadirnya manusia Bugis di abad ini.