Jawaban:
Kronologi tertangkapnya Tuanku Imam Bonjol dimulai saat Perang antar saudara pun terjadi di ranah Minang, yang dikenal dengan Perang Padri Pada tahun 1815, golongan Padri yang di galang Harimau Salapan berhasil memojokkan kaum adat. Karena semakin terdesak, kaum adat meminta pertolongan kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda yang saat itu sedang menjajah Nusantara, termasuk Minangkabau.Pada tanggal 4 Maret 1822, pasukan Hindia Belanda yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Raff berhasil mengusir para kaum Padri dari kerajaan Pagaruyung. Perlawanan orang Minangkabau kelompok Padri memaksa Belanda akhirnya memutuskan untuk kembali ke Batu Sangkar.Pada 13 April tahun berikutnya, Raff kembali menyerang daerah Lintau, pusat pertahanan Padri. Pertempuran ini begitu sengit sehingga memaksa Belanda untuk mundur pada 16 April 1823.
Pada bulan November 1825, Belanda mengusulkan gencatan senjata sambil menyusun strategi licik dalam bentuk Kesepakatan Masang. Belanda saat itu kewalahan dan kehilangan banyak sumber daya untuk membiayai beberapa perang lainnya, termasuk perang melawan Pangeran Diponegoro di Jawa. Setelah Perang Jawa berakhir pada 1830 dan ditangkapnya Pangeran Diponegoro dengan siasat licik, Belanda kembali memusatkan fokus ke Minangkabau. Menyadari hal tersebut, Belanda mengatur siasat kembali. Belanda berdalih bahwa kedatangan mereka hanya untuk berdagang dan menjaga keamanan dengan rakyat Minangkabau. Lagi-lagi, Belanda menerapkan siasat licik yang berujung pada penangkapan Tuanku Imam Bonjol pada 1837 yang kemudian diasingkan ke Cianjur, Ambon, lalu Minahasa hingga wafat di sana.
Penjelasan:
Perang antar saudara pun terjadi di ranah Minang, yang dikenal dengan Perang Padri. Pada tahun 1803, seorang tokoh ulama bernama Tuanku Pasaman memimpin penyerangan kaum Padri ke kerajaan Pagaruyang. Perang ini memaksa Sultan Arifin Muningsyah untuk melarikan diri dari istana. Pada tahun 1815, golongan Padri yang di galang Harimau Salapan berhasil memojokkan kaum adat. Karena semakin terdesak, kaum adat meminta pertolongan kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda yang saat itu sedang menjajah Nusantara, termasuk Minangkabau.Pada tanggal 4 Maret 1822, pasukan Hindia Belanda yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Raff berhasil mengusir para kaum Padri dari kerajaan Pagaruyung.
Perlawanan orang Minangkabau kelompok Padri memaksa Belanda akhirnya memutuskan untuk kembali ke Batu Sangkar.Pada 13 April tahun berikutnya, Raff kembali menyerang daerah Lintau, pusat pertahanan Padri. Pertempuran ini begitu sengit sehingga memaksa Belanda untuk mundur pada 16 April 1823. Raff kemudian meminta Sultan Arifin Muningsyah untuk datang ke kerajaan Pagaruyung, tetapi pada tahun 1825 sultan meninggal. Pada bulan November 1825, Belanda mengusulkan gencatan senjata sambil menyusun strategi licik dalam bentuk Kesepakatan Masang. Belanda saat itu kewalahan dan kehilangan banyak sumber daya untuk membiayai beberapa perang lainnya, termasuk perang melawan Pangeran Diponegoro di Jawa. Saat masa gencatan inilah Tuanku Imam Bonjol berusaha mengajak kaum adat untuk bersatu karena musuh yang sebenarnya adalah penjajah Belanda.
Setelah Perang Jawa berakhir pada 1830 dan ditangkapnya Pangeran Diponegoro dengan siasat licik, Belanda kembali memusatkan fokus ke Minangkabau. Pasukan kolonial membangun benteng di Bukittinggi bernama Fort de Kock. Pada 11 Januari 1833, pertahanan Belanda diserang oleh pasukan gabungan kaum Padri dan kaum Adat. Menyadari hal tersebut, Belanda mengatur siasat kembali. Belanda berdalih bahwa kedatangan mereka hanya untuk berdagang dan menjaga keamanan dengan rakyat Minangkabau. Lagi-lagi, Belanda menerapkan siasat licik yang berujung pada penangkapan Tuanku Imam Bonjol pada 1837 yang kemudian diasingkan ke Cianjur, Ambon, lalu Minahasa hingga wafat di sana.
Pelajari lebih lanjut:
- Penjelasan materi tentang Perjuangan Tuanku Imam Bonjol: https://brainly.co.id/tugas/1050690
- Penjelasan materi tentang Perjalanan Tuanku Imam Bonjol: https://brainly.co.id/tugas/41451257
#BelajarBersamaBrainly